TASIKMALAYA, Seiring mengingkatnya kecanggihan teknologi pabrikasi yang modern, produksi tradisional terus tenggelam, di Tasikmalaya salah satunya, bidang Produksi kain tenun semakin hilang akibat banyaknya produk impor yang sejenis dari Cina. Dari jumlah lima pabrik tenun hanya tinggal satu yang masih bertahan. Itupun hanya bisa berproduksi berdasarkan pesanan.
Hal itu dikemukakan kepala pabrik tenun milik pusat koperasi Tasikmalaya, H Syahidin, saat menerima kunjungan bakal calon (balon) Wali Kota Tasikmalaya, Dicky Candra, ke lokasi pabrik di Jalan Dr M Hatta, Senin (17/10).
“Kami kalah bersaing dengan Cina. Dulu ada sekitar lima pabrik tenun di Tasikmalaya. Tapi setelah produk Cina masuk, perlahan tapi pasti sejumlah pabrik menghentikan produksinya karena tidak ada pasar. Saat ini yang bisa bertahan hanya kami,” kata Syahidin.
Menurut Syahidin, harga kain sejenis produk Cina selain melimpah juga lebih murah. Akhirnya para produsen pakaian lebih melirik produk Cina. “Dulu kami bisa memproduksi beragam jenis kain. Tapi saat ini hanya satu jenis saja yaitu polosan, karena teknologi mesin yang sudah ketinggalan zaman,” ujarnya.
Mesin tenun milik Pusat Koperasi Tasikmalaya yang masih aktif sebanyak 46 unit. Semuanya buatan tahun 50-an, tapi masih bisa berproduksi dengan baik. “Hanya saja kapasitas produksinya sangat kecil. Dalam seminggu hanya mampu menenun 60 meter kain. Padahal jika menggunakan mesin tenun canggih cukup satu jam, untuk jumlah produksi yang sama,” ujarnya.
Informasi ini dikutif dari tibun jabar.
Admin-desaintasik.